Jam sebelas malam tepat malam jum’at kliwon anak pasangan Parman dan Tiem lahir di sebuah rumah sakit bersalin di kota Tegal. Terlihat wajah dan senyum yang sumringah mereka dari bibir keduanya. Anak pertamanya lahir dengan sehat dan lucu.
Pasangan suami istri ini termasuk orang gaul yang selalu update status kabar terbarunya. Berita kelahiran anaknya dengan cepat menyebar melalui SMS, BBM dan status facebook dan twitter milik Parman dan Tiem. Sanak keluarga, tetangga dan teman-temannya berbondong-bondong bergantian menjenguknya.
Seperti kebiasaan, para penjenguk pasti membawa buah tangan dan bahkan menyumbang sejumlah uang. Setelah dirasa kesehatannya kembali pulih, istrinya diboyong pulang ke rumah. Di rumah kedatangannya disambut meriah tetangga dan saudaranya. Hari-hari Parman dan Tiem diramaikan oleh kehadiran jabang bayi kesayangannya.
Sudah beberapa minggu Parman dan Tiem belum menemukan kesepakatan atas nama yang akan disematkan pada anak perempuannya. Sampai akhirnya tiba petugas dari kelurahan untuk membuat akta kelahiran anak guna validasi pencatatan sipil.
Parman : “Selamat datang di rumah kami. Ada yang bisa saya bantu pak?”
Petugas : “Selamat pagi pak Parman bagaimana bayinya sehat selalu, masih rewel gak?”
Parman : ”Alhamdulilah sehat pak. Masih rewel pak tapi udah biasa kaya gitu”
Petugas : “Saya mau mendata anak bapa untuk membuat akta kelahiran. Anak pak Parman lahir tanggal berapa?”
Parman : “13 Mei 2013”
Petugas : “Nama istri bapak”
Parman : “Sutiem”
Petugas : “Nama anak anda?”
Parman : “Duyun Dayani”
Petugas : “ Baik kalau begitu saya pamit pak Parman, terimakasih”
Selang satu minggu petugas kembali ke rumah Parman menyampaikan akta kelahiran anaknya yang sudah jadi. Setelah dilihat nama anak terpampang “Duyun Dayani”. Parman lalu memprotesnya karena dia merasa belum memberikan nama pada anak perempuannya. Dia marah-marah pada petugas dengan kata-kata yang tidak dia mengerti karena bibir Parman sumbing.
Terdengar keributan, Tiem keluar dari dapur. setelah dipahami permasalahannya dia berkata “Oalah pak maksud suami saya Duyun Dayani itu durung darani (Belum dikasih nama). Suami saya bibirnya sumbing jadi kata-katanya agak kurang jelas”.
0 komentar:
Post a Comment
1. Jangan lupa memberi salam di setiap awal komentar
2. Gunakan bahasa Indonesia full
3. Mohon komentar yang baik dan sopan
4. Jangan gunakan Link aktif
5. Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya