Cara Manjadi Pemimpin Yang ASIH
By:
Unknown on
Sunday, August 25, 2013
Didalam perselisihan untuk mencari pemimpin ideal seperti yang sekarang ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan karena hampir mendekati pemilihan, tidak mungkin berhasil bila tidak memikirkan calon pemimpin yang memiliki kemampuan bernegosiasi dengan baik untuk menyatukan visi dan fokus pada tujuan serta kepentingan bersama.
Hari ini banyak spanduk maupun baliho dijalanan dengan mempromosikan partainya dengan beragam versi. Semua itu bisa diraih jika para calon memiliki niat yang bersih dalam menaiki posisi ini karena jika rusak pemimpinnya maka akan rusaklah wilayah yang di pimpinnya demikian sebaliknya.
Namun jika kita lihat sekarang sudah bukan rahasia lagi, bahwa setiap datang musim “pesta demokrasi”, nama islam dan umat islam tambah tenar.
Sejalan dengan itu, para tokoh politik juga meramai-ramai mengunjungi pusat-pusat islam dan basis islam dengan sifat hormat, ramah, dan dermawan pula. Begitu pula simbol2 islam juga tampak bertebaran.
Mereka yang sebelumnya tidak biasa pakai peci dan jilbab atau gelar haji-hajjah, lantas pada mengenakan busana muslim bila tampil didepan komunitas islam. Nah, salahkah kalau kemudian muncul anggapan bahwa semua itu dimaksudkan untuk merebut tujuan tertentu???.Itulah yang menjadi pembicaraan yang sering terjadi dikalangan masyarakat jika tiba-tiba anda (calon pemimpin) bersikap demikian.
Pemimpin Seperti Apa Yang Diharapkan?
Adapun pemimpin yang diharap-harapkan sekarang adalah pemimpin yang A-S-I-H, yaitu adil, syaja’ah(berani), “iffah(bersih-suci), dan Himah (bijaksana). Nah, itulah calon pemimpin ideal yang di harapkan setiap orang sekarang. Dan ingatlah bagi calon pemimpin yang ingin memimpin kedepan hendaknya lakukanlah sharing-sharing dengan ulama-ulama untuk menanyakan hal-hal yang perlu kita tanyakan karena itu terlebih baik sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi diri sendiri dan bisa disampaikan kepada masyarakat. Sebagaimana dikatakan orang-orang : merana memang merana meunyoe jioh ngoen ulama, sengsara…udep sengsara peulom meunyoe lee dosa. Walaupun le tat harta dan permata. kadang dengoen nyan harta puetoeh lah setia. Le nyang ka le that nyang ka ka binasa kareuna harta, kecewa le nyang kecewa sampoe putoeh syedara. ( merana memang merana jika jauh dengan ulama, sengsara…hidup sengsara. apalagi jika banyak dosa. Walaupun banyak harta dan permata, kadang karenanya harta putus kesetiaan. Banyak yang sudah binasa karena harta dan banyak yang kecewa hingga sampai putus persaudaraan).
Adapun contohnya jika anda tidak melakukan sharing-sharing dengan ulama acap kali saat seseorang mengalami situasi yang sulit sering membuat orang-orang kebingungan, sehingga pontang-panting kesana kemari mencari orang-orang yang dianggapnya bisa menolong. Ibarat orang kebingungan mencari “pegangan” disaat tenggelam di sungai ”Disangka batang kayu yang dipegangnya, tahu-tahu kakinya sendiri!” Kepanikan ini akan bertambah parah apabila ternyata teman-teman dekatnya dan sesama muslim yang diharapkan tidak peduli. Inilah salah satu sebab, mengapa belakangan ini banyak orang islam yang murtad!. Maka dalam kaitan inilah setiap muslim atau pemimpin harus memantapkan 3 tonggak, yakni kewaspadaan, ukhuwah islamiah, dan keyakinan bahwa penolong sejati hanyalah Allah S.W.T. Dengan iman kuat, Insya Allah umat islam tidak salah dalam mencari penolong, pelindung dan memilih pemimpin atau wali.
0 komentar:
Post a Comment
1. Jangan lupa memberi salam di setiap awal komentar
2. Gunakan bahasa Indonesia full
3. Mohon komentar yang baik dan sopan
4. Jangan gunakan Link aktif
5. Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya