MY PIN BB 2A4E1B1C

Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

Share it Please



Kepemimpinan adalah sesua­tu yang strategis dalam Islam. Islam menem­patkan pemimpin sebagai hal yang sangat penting kapan dan di mana pun juga. Bahkan rasulullah Nabi Muhammad SAW memberikan bim­bingannya “Jika kamu berjalan tiga orang maka angkatlah satu orang sebagai pemimpin”.

 Islam mengajarkan betapa pen­tingnya keberadaan pemimpin yang juga disebut imam untuk diikuti dan dipatuhi. Satu orang imam diikuti oleh sejumlah makmum bersama-sama dalam waktu yang sama. Tetapi satu orang makmum tidak dibe­narkan mengi­kuti sejumlah imam dalam waktu yang sama di tempat yang sama. Pemimpin yang termanifestasi melalui imam ibadah shalat itu merupakan orang pilihan. Kalau mungkin merupakan orang terbaik dari yang baik, diterima dan didukung oleh jamaah lintas etnis, lintas suku dan bangsa, semua bersatu kokoh dalam berjamaah.

 Islam juga mengajarkan, bahwa niat baik imam dan makmum menyatu kokoh diikat benang halus sutra persau­daraan “jamaah” semua sama bertang­gungjawab, tidak ada kecemburuan so­sial, tidak ada syak wasangka. Kalau ada imam yang lupa atau keliru maka ja­maah bertanggung­jawab untuk mem­be­tulkan atau me­nunjukkan imam de­ngan cara yang baik, sesuai undang-un­dang atau peraturan yang telah di­ru­muskan dalam konstitusi agama. Imam­pun akan sangat ikhlas meng­ha­rapkan dan mene­rima “pembetulan” yang disampaikan makmumnya. An­dai­­kata sesuciaan imam telah ternoda, wud­luknya batal, maka imam secara spon­tan akan me­ngun­durkan diri se­bagai imam, tidak ada pretensi lain “selain untuk me­nye­lamatkan jamaah” berdasarkan aturan Al-Quran dan sunnah rasul.

 Dalam mengaplikasikan kepemim­pinan saat ini, sangat diperlukan dan sangat mendesak mencari figur yang hebat, figur yang baik sebagai imam,  termasuk figur yang baik sebagai mak­mum.  Dalam kepemimpinan, ada di­dengar pemimpin yang menyimpang dan pemimpin yang mengkhianati rakyat, dan kadangkala ada pula pe­mim­pinnya baik dan berkualitas tetapi masyarakatnya yang tidak baik, pe­mimpin yang baik dileng­serkan dengan berbagai dalih dan alasan, dampaknya  rakyat juga yang korban dan di­seng­sarakan.

Memperhatikan firman Allah tersebut diketahui bahwa kepemimpinan yang baik itu adalah cara kepemimpinan yang diprak­tikkan Nabi Muhammad SAW, dialah sebagai contoh dan teladan serta ikutan yang baik, khususnya untuk yang benar-benar mau mencari dan menda­patkan kesuksesan dan kebahagiaan di du­nia serta kesuksesan dan kebahagiaan ak­hirat, yakni kebahagian yang sesung­guh­nya, keba­hagiaan yang mutlak dan kekal.

 Ketinggian kepribadian Rasulul­lah SAW, ditandai dengan nilai-nilai yang baik yang ada pada dirinya, setidak­nya ada empat sifat utama yang selalu mengiringi kepribadian beliau sepanjang kepemim­pinan itu, sifat tersebut adalah; Pertama, shiddiq yakni selalu benar, selalu jujur, bahkan terhadap musuh sekalipun kejuju­ran tetap dipelihara dan dipertahankan, dalam berkomunikasi, dalam ber­tran­saksi, dalam berkepemimpinan rasul benar-benar berlaku jujur, tidak pernah berbo­hong tidak pernah menipu, tidak pernah melakukan markup, sehingga pribadinya benar-benar dikagumi semua orang.

 Amanah, yakni dipercayai, keluhuran kepribadiaanya yang setia terhadap janji, dan amanah itu juga ditanamkannya kepada sahabat-saha­batnya, bukan hanya sekadar memberikan arahan tapi sekaligus dilakukannya penga­wasan secara langsung. Praktik amanah itu antara lain dilakukannya dalam perda­gangan,  sahabatnya juga diawasinya agar tetap memelihara amanah, tidak boleh berkhianat dalam kualitas dan kuantitas barang dagangan, memenuhkan timba­ngan dan takaran, bahkan beliau menga­takan, “timbanglah dengan penuh dan berilah tambahan”.

 Fathanah artinya cerdas, rasul adalah seorang yang cerdas, intelektualnya luar biasa, tetapi tetap rendah hati, tidak pernah sombong, tidak luluh oleh pujian, tidak goncang oleh sanjungan dan tidak angkuh oleh kemuliaan. Rasul mampu menyesuaikan diri dengan semua orang, bahkan umatnya diarahkannya, “Berdis­kusilah dengan orang banyak tersebut sesuai dengan tingkat kualitas inteletual masing-masing” rasul diterima oleh semua orang karena dia seorang yang cerdas.

Tabligh, artinya penyampai informasi yang benar, tidak pernah me­nyem­bunyikan bebenaran, tidak pernah memutarbalikkan data dan fakta, semua­nya disampaikan kepada ummat secara gamlang, dan tujuannya adalah untuk keselamatan dan kebaikan umatnya. Sungguh mengagumkan bahkan infor­masi yang disampaikannya termasuk informasi yang gaib-gaib yang diterima berdasarkan keimanan, termasuk tentang kehidupan sesudah kematian.

 Dengan dibekali empat sifat utama di atas, jujur, dipercayai secara penuh, cerdas dan menyampaikan informasi secara utuh, menjadikan kepemimpinan rasul itu diterima bahkan dikagumi semua orang.

 Disamping sifat-sifat utama itu, rasul juga dibekali Allah dengan kepribadian yang agung dan mulia, diwaktu menge­mukan penafsiran tentang ayat (68:4) Ibnu Abbas mengatakan bahwa keluhuran kepribadian Nabi Muhammad itu antara lain dilengkapi Allah dengan sifat-sifat;

 1. Pemurah dan peyantun, Nabi Mu­ham­mad itu baik hati, dia pemurah dan penyantun, peduli terhadap semua orang, rasul itu sangat mempedulikan orang-orang berekonomi lemah, suka mengen­taskan kemiskinan secara langsung dan tuntas dengan cepat dan tepat. Tidak tega membiarkan orang kelaparan dan me­minta-minta berlama-lama. Rasul sangat memprioritaskan kesejahteraan ummat­nya, katanya sekali ketika, “Kalau ummat ini mendapatkan kebahagiaan”, aku ini pemimpinnya biarlah aku yang terakhir” dan kalau ummat ini mengalami kesengsa­raan dan penderiataan, “aku ini pemim­pinnya biarlah aku yang pertamanya”.

 2. Suka memuliakan orang, rasul suka memuliakan orang, pernah terjadi, ada orang yang suka mengganggu rasul “waupun orang itu mengganggu bahkan melu­dahinya setiap hari, namum beliau tetap menghormati orang tersebut, bahkan disaat orang itu sakit dan tidak lagi meludahinya, justeru rasul datang mem­be­zuk, sungguh mengagumkan, akhirnya orang yang semula mengganggu dan me­ludahinya itu  menyatakan keislaman­nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

 3. Rasul itu adalah seorang yang mem­punyai rasa malu yang kental, malu adalah rasa yang ada dalam jiwa seseorang yang akan mempengaruhi dan menentukan cara seseorang itu berpikir, berbicara dan bertindak, termasuk dalam berkeyakinan, semakin kuat dan kental rasa malu seseo­rang semakin selektif dan semakin hati-hati seseorang itu bertindak dan berpri­laku. Sebaliknya, semakin kurang rasa malu seseorang, semakin ceroboh, sema­kin tidak mau tahu dan tidak ambil peduli dalam berprilaku. Bahkan rasul pernah berucap, “Jika kamu tidak mempunyai rasa malu, maka lakukanlah apa saja yang kamu inginkan”. Dengan demikian dapat dika­takan prilaku seseorang itu adalah mani­festasi dari rasa malu yang ada pada dirinya. Rasulullah Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin yang mempunyai rasa malu yang kental, dia tidak mau bertindak yang merugikan orang lain, bahkan disaat-saat mendekati akhir kehidupannya rasul itu berucap kepada sahabat-sahabatnya “Jika ada diantara saudara-saudara yang tersakiti pisiknya oleh saya, katakanlah, dan balaskanlah, jika ada perasaan saudara yang terlukai oleh saya, kata­kanlah, dan balaskanlah, dan jika ada hartanya yang terambil oleh saya, kata­kanlah, sekarang juga saya bayar akan medmbayarnya” rasul dalam kepemim­pinan  tidak mau merugikan orang lain, karena semua kepemimpinan itu akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT. “Semua kamu adalah pemimpin  dan semua pemimpin akan diminta pertang­gungjawabannya terhadap seluruh kepe­mimpiannya”(Muttafaq’ alaih).

 4. Rasul itu adalah seorang pemberani dan pemaaf, kedua sifat ini memberikan ke­muliaan tersendiri dalam kepe­mim­pi­nan­nya, sulit mencari seorang pemberani yang pemaaf atau seorang pemaaf yang pem­berani. Yang banyak itu adalah pem­be­rani yang zalim, atau si penakut yang pemaaf.

 Rasulullah  adalah  pemimpin yang mampu bertindak cepat dan tepat, penuh kearifan dengan pandangan jauh ke depan, rela menghancurkan bangun fisik yang dibangun untuk membungkus keburukan dan kebusukan, demi terpeliharanya  bangunan iman dan islam masa depan. Ini sebagai problem solving dan problem solusion  diwaktu munafiqun membangun masjid dengan niat merusak tatanan kehidupan,  memecah-belah kekompakan dan kekuatan orang ber­iman, sambil menyusun kekuatan, konsul­tasi dan koordinasi antar sesama musuh-musuh Allah dan musuh-musuh rasulul­lah.  Para munafiqun berdalih dengan kecerdasan yang tinggi, intelektual yang  rasional argumentasi yang masuk akal , mudah diterima akal sehat, katanya, mereka membangun masjid untuk mela­ya­ni orang-orang beriman yang sakit, yang berha­langan,  yang tidak bisa shalat  malam  ke masjid rasul terutama dimusim dingin dan  musim hujan, bahkan argu­men­tasi itupun diperkuatnya pula dengan bersumpah. Namun setelah kedok kejaha­tan munafiqun tersebut  ditransparankan Allah, maka rasulpun langsung mengambil tindakan jelas dan tegas, dua orang sahabatpun ditugaskan  untuk meng­hancurkan dan membakar masjid tersebut.

 Belajar dari sejarah apa lagi i’tibar dari al-quran, kehati-hatian dan  kewaspadaan terhadap orang-orang munafiqun adalah sebuah keniscayaan, mulut manis, nipu­daya yang dibungkus alasan  pemenuhan kepentingan orang banyak merupakan senjata ampuh yang akan tetap mereka mainkan, kita tidak curiga, kita tidak berburuksangka, tetapi kita tetap waspada. Kalau dimasa rasul dulu ikon munafiqun adalah membangun masjid untuk beriba­dah, itu adalah kepentingan sekarang bungkus itu bisa saja hak asasi, kemanu­siaan, kebersamaan, gender,  investasi, lapangan kerja, kesejahteraan dan lain sebagainya. Bagi kita semuanya kehidupan adalah untuk ketaatan dan keikhlasan, menjunjung iman dan islam, ingat pesan Ali bin Abi Thalib, orang apabila tujuan hidupnya hanya untuk kepentingan perut, maka harga dirinya tidak lebih dari apa yang keluar dari perutnya. 

 Kepemimpinan rasul itu adalah kepe­mimpinan teladan, untuk kepentingan orang yang dipimpinnya,  memberikan pelayanan maksimal, dekat dengan um­mat, menyenangkan, menggembirakan, selalu benar dan  jujur, amanah, cerdas, bijaksana  membaca tanda-tanda zaman, arif dalam mengambil keputusan, trans­paran, mem­punyai kasih sayang kepe­dulian sosial yang mendalam, rasa malu yang kuat, pemberani dan pemaaf. Mela­lui kepemimpinannya rasulullah  meng­hadirkan wajah Islam rahmatan lil ‘alamin dalam kehidupan. Allahu a’lam bi al shawab.

0 komentar:

Post a Comment

1. Jangan lupa memberi salam di setiap awal komentar
2. Gunakan bahasa Indonesia full
3. Mohon komentar yang baik dan sopan
4. Jangan gunakan Link aktif
5. Terimakasih sudah berkunjung ke blog saya